Pastikan Pemuda TETAP BERADA di IBU KOTA
Indonesia Maju di tahun 2045, tepat di usianya yang ke 100 tahun, kartu demi kartu akan dimainkan betul di tangan generasi mudanya. Karya dan karsa, serta inovasi yang lahir dari buah pemikiran pemuda sangat dibutuhkan bagi kemajuan bangsa. Peran dan sumbangan dari golongan muda itu tentunya akan terasa lebih besar dampaknya, apabila para generasi muda ini berada di pusat kota atau di tengah gelanggang kemajuan.
Semakin dekat pemuda dengan pusat pemerintahan, pusat bisnis, dan ekonomi, akan semakin besar kontribusi yang mereka bisa hasilkan. Ironinya, inflasi yang terus menghantui serta kenaikan harga properti yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan atau gaji para millennial, mengakibatkan generasi muda makin tidak berdaya memiliki hunian atau properti di tengah kota.
Di satu sisi, harga properti yang di tengah kota terus melambung tinggi. Di sisi lain, properti di luar Jakarta harga relatif terjangkau namun juga memiliki berbagai persoalan akses, yaitu waktu, energi dan biaya tempuh yang menguap percuma di atas jalan tol. Artinya selama kantor masih berjarak dari rumah, harga hunian di kota satelit itu tidak semurah nampaknya.
Bagaimana mungkin anak muda yang kelak akan memimpin negeri ini, akan semakin terpinggirkan, hanya karena ketidakberdayaan mereka untuk memiliki tempat tinggal di pusat kota? Berapa ide dan gagasan yang dapat lahir jika dibandingkan dengan biaya, energi dan waktu yang terbuang percuma ketika mereka terpaksa menepi dan terpinggirkan?
Kita semua tahu di tangan pemuda lah semua pembaharuan bisa terjadi. Pemuda adalah penggerak jaman sekaligus revolusioner; The #GameChanger. Dari buah pikiran mereka, kerap terlahir inovasi yang dibutuhkan sebagai modal kekayaan sebuah bangsa untuk menuju negara maju.
Sensus penduduk di tahun 2020 lalu memberikan gambaran lebih jelas tentang komposisi penduduk Republik Indonesia saat ini. Dari 270,20 juta jiwa penduduk negeri ini, dua kelompok dominan adalah generasi milenial dan generasi Zilenial. Lebih banyaknya komposisi penduduk usia produktif dibanding penduduk usia non-produktif inilah yang disebut sebagai bonus demografi yang akan dirasakan bangsa Indonesia pada tahun 2030.
Bonus demografi yang mencapai puncaknya 7,5 tahun dari sekarang, bisa dikatakan tiket emas menuju INDONESIA MAJU saat berusia 100 tahun di 2045 mendatang. Hal ini adalah modal utama yang tidak dimiliki negara lain, sebab komposisi penduduk sebagian besar negara, justru kebalikannya. Fakta ini setidaknya memberikan kita kepercayaan diri yang besar untuk menyongsong dan menyambut #IndonesiaMaju. Slogan Indonesia sebagai Macan Asia yang kembali mengaum ke penjuru dunia, sepertinya terdengar tidak berlebihan.
Upaya terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menyiapkannya saat ini juga Gambaran luas INDONESIA MAJU tersebut juga bisa dilihat dari kesiapan kita menyongsong masa depan. Presiden Jokowi menyadari betul akan pentingnya konektivitas infrastruktur sebagai penopang utama pembangunan ekonomi.
Dalam tujuh tahun terakhir, sudah dibangun jalan non-tol hingga 4.600 kilometer, jalan tol 1.640 km, 15 bandara baru, dan 38 ekspansi bandara lama. Selain itu, didirikan pula 124 pelabuhan baru, dan 22 bendungan untuk ketahanan pangan. Berbagai infrastruktur di atas rencananya akan dihubungkan dengan kawasan di berbagai sektor industri, sehingga keberadaan jalan tol misalnya, bisa terintegrasi secara maksimal dengan banyak kawasan pertanian, pariwisata, perkebunan, hingga industri.
Indonesia bisa dikatakan jauh lebih siap menghadapi percaturan ekonomi global bukan hanya karena sumber daya manusia, melainkan juga dari sisi sumber daya alam. Sebagai negara maritim, kita mampu menjadikan kekuatan laut yang dimiliki sebagai penghasil devisa. Jalur laut yang terkoneksi baik itu, antara lain, bisa dijadikan sebagai jalur dagang yang juga dimanfaatkan oleh sebagian negara yang melintas di perairan Indonesia.
Dari sisi sumber daya alam, kekayaan sumber daya alam seperti nikel, batubara, emas, dan tambang lainnya juga memiliki daya tawar. Pemuda yang pada hakikatnya mengemban peranan penting, sudah seharusnya berada di tengah gelanggang kemajuan
negeri ini. Indonesia pun dinilai semakin menjanjikan di beberapa tahun mendatang. Saat ini Indonesia dalam perjalannya menuju 100 tahun Indonesia Merdeka, 23 tahun menuju INDONESIA MAJU. Periode waktu ini merupakan kesempatan emas bagi setiap Generasi Muda berlaga prestasi di gelanggang kota untuk memajukan bangsa dari atas panggungnya.
Lompat ke masa IINDONESIA MAJU 2045, usia kita akan bertambah dewasa 23 tahun. Artinya saat itu, ada 4 Generasi Utama penggerak jaman yaitu:
– Gen X : 65-80 tahun
– Millennial : 49-64 tahun
– Gen Z : 33-48 tahun
– Post Gen Z : 17-32 tahun
Secara umum, tentu saja kita mendambakan peradaban kota di mana denyut kehidupan berasaldari kaum muda yang memenuhi di setiap sudut ruang publik; baik pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, taman kota, dan ruang-ruangan lainnya. Kondisi inilah yang semakin membuat kita menyadari pentingnya kehadiran dan peran serta dari generasi muda di tengah gelanggang kemajuan.
Apa jadinya jika kemampuan para pemuda belum cukup kuat hanya karena masalah lahir belakangan sementara semua sudah keburu mahal karena inflasi yang konsisten bahkan sejak mereka belum lahir. Akankah generasi muda nanti terpinggirkan? Terdorong jauh ke luar Jakarta akan tinggal di pinggiran kota dan jadi manusia-manusia yang tua di jalanan?
Jika di masa lalu generasi Baby Boomers dan Gen-X setelahnya, berakhir dengan ketidakmampuan Gen-X memiliki aset di kota akibat inflasi yang melanda, mestinya kitadapat memutus lingkaran ketidakberdayaan generasi setelah kita. Ketika jauh panggang dari api bagi pemuda untuk bisa memiliki properti di tengah kota, dalam hal inilah, Generasi Pendahulu Milenial yang lebih mapan, diharapkan bisa ikut membantu generasi penerus agar mereka tetap berada di dalam gelanggang; tetap di pusat kota, di pusaran kompetisi, di tengah arena untuk memainkan perannya sebagai #TomorrowPeople dengan prestasi maksimal. (PHS/DP)